Mengenal Apa Itu Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantainya

Dibuat oleh blogunik

BlogUnik.com – Generasi sandwich atau sandwich generation belakangan kembali menjadi topik yang ramai diperbincangkan dikalangan masyarakat karena sangat erat hubungannya mengenai tanggung jawab seorang anak kepada orang tua mereka.

Topik ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat. Ada yang setuju jika rantai generasi sandwich harus di putus, namun ada juga yang tidak setuju. Bahkan parahnya lagi, ada banyak orang yang belum menyadari apakah dirinya termasuk golongan generasi sandwich atau tidak.

Maka dari itu, untuk mengetahui apakah kamu bagian dari generasi sandwich atau tidak, yuk kita cari tahu, apa pengertian generasi sandwich, penyebab hingga dampaknya pada kehidupan kita. Cari tahu juga cara memutus rantai generasi sandwich agar kamu tidak terhimpit beban yang begitu besar. So, simak ulasannya berikut ini!

Apa Itu Generasi Sandwich?

Mengenal Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantainya

photo via goodlifefamilymag.com

Istilah generasi sandwich diperkenalkan pertama kali oleh seorang Profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat bernama Dorothy A. Miller pada tahun 1981 untuk menyebut orang-orang tertentu yang umumnya berusia matang alias produktif (setengah tua) yang memiliki peran ganda. Peran ganda yang dimaksud disini adalah bertanggung jawab untuk menanggung beban tiga generasi, yakni orang tua, dirinya sendiri, dan anaknya.

Lantas kenapa disebut generasi sandwich? Ini karena tanggung jawab untuk menanggung beban tiga generasi itu di analogikan seperti sandwich. Dimana sepotong daging dihimpit oleh 2 buah roti. Roti tersebut diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas) dan anak (generasi bawah), sedangkan isi utama sandwich berupa daging, mayonnaise, dan saus yang terhimpit oleh roti diibaratkan seperti diri sendiri.

Jadi bisa dibilang, seseorang yang berada di posisi generasi sandwich, mau tidak mau harus bertanggung jawab memberikan solusi finansial untuk menghidupi dua generasi lainnya yakni generasi di atas dan di bawahnya. Kondisi ini sangatlah berat dan tidak mudah dilalui, karena kita harus menghidupi dan mengurus banyak orang secara bersamaan, apalagi jika penghasilan yang dimiliki dinilai terlalu pas-pasan.

Kategori Generasi Sandwich

Mengenal Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantainya

photo via annewade.com

Generasi sandwich ini sendiri bisa dialami oleh siapa saja baik laki-laki atau perempuan. Namun umumnya, seseorang yang berada di posisi ini memiliki usia sekitar 30 hingga 40 tahun. Bahkan tak sedikit juga yang menyebutkan generasi sandwich memiliki rentang usia 30 – 50 tahun.

Sementara itu, seorang Aging and Elder Care Expert bernama Carol Abaya mengkategorikan generasi sandwich menjadi tiga kategori berdasarkan perannya. Berikut penjelasannya!

1. The Traditional Sandwich Generation

The Traditional Sandwich Generation merupakan orang dewasa yang berusia antara 40 hingga 50 tahun yang harus menanggung beban orang tua berusia lanjut dan anaknya sendiri yang juga masih memerlukan dukungan finansial.

2. The Club Sandwich Generation

The Club Sandwich Generation ini berisikan orang dewasa yang memiliki usia 30 sampai 60 tahun. Jika sudah menikah, mau tidak mau mereka bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan antara orang tua dan anak, serta cucu, atau nenek dan kakek. Mereka yang berada di kondisi ini harus menanggung kebutuhan hidup dari generasi yang lebih banyak.

3. The Open Faced Sandwich Generation

Sementara itu, The Open Faced Sandwich Generation merupakan sebuatan bagi mereka yang berada di kisaran usia 20 hingga 30 tahun yang selain harus berfokus pada karier dan pekerjaannya, juga harus membantu keuangan keluarga. Dimana, mereka harus membiayai orang tua atau kakak atau adiknya.

Dikarenakan tanggungannya yang berjumlah 1 lapis, makanya mereka diibaratkan seperti open-faced sandwich. Namun dalam beberapa kasus, The Open Faced Sandwich Generation juga memiliki beban ekstra dengan menanggung kerabat lain di luar orang tua dan kakak atau adiknya. Kondisi ini biasa disebut dengan extended open-faced sandwich generation.

Faktor Penyebab Generasi Sandwich

Mengenal Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantainya

photo via health.usnews.com

Munculnya Generasi Sandwich ini bukan tanpa sebab, ada beberapa faktor yang membuat generasi sandwich ini bagaikan lingkaran setan yang sulit untuk diputus. Berikut beberapa penyebab munculnya generasi sandwich.

1. Kurangnya kemampuan seseorang dalam mengelola keuangan

Faktor pertama yang menyebabkan munculnya generasi sandwich adalah karena kurangnya kemampuan seseorang dalam mengelola keuangan. Misalnya saja tidak memiliki tabungan hari tua karena perilaku konsumtif di masa muda, gaji yang rendah namun pengeluaran yang besar atau mungkin tidak bekerja di sektor yang memberikan JHT namun lupa menabung untuk dana masa depan.

Ketika mereka menua tanpa tabungan hari tua, maka kondisi tersebut akan membuat mereka menumpukan hidup mereka pada anak-anak mereka. Anak-anak pun mau tidak mau harus menanggung beban hidup orang tuanya. Kondisi ini akan lebih berat, ketika anak-anak tersebut sudah menikah dan memiliki anak sendiri, maka hidup sebagai generasi sandwich pun tidak dapat mereka hindari.

2. Lahir dari orang tua yang telah terjebak dalam generasi sandwich

Penyebab lainnya adalah ketika seseorang terlahir dari orang tua yang telah terjebak dalam generasi sandwich sebelumnya. Karena apabila orang tua sudah terjebak pada generasi ini, maka besar kemungkinan anak yang diturunkannya juga akan ikut terjebak dalam lingkaran tersebut.

3. Kurang menyadari pentingnya jaminan hari tua

Seperti yang kita tahu, jaminan hari tua itu sangat penting, sayangnya hanya sedikit orang yang memiliki persiapan akan hal tersebut. Banyak orang tua yang justru menggunakan tabungan atau dana pensiun mereka untuk mencukupi kebutuhan orang-orang yang mereka tanggung tanpa memikirkan kebutuhan masa tuanya sendiri.

Kondisi inilah yang membuat mereka menjadi tidak memiliki dana pensiun dan akhirnya bergantung ke generasi selanjutnya. Akhirnya anaknyapun menjadi generasi sandwich juga.

Jadi secara garis besar, faktor penyebab munculnya generasi sandwich ini adalah karena kegagalan orang tua dalam mengelola keuangan, baik untuk saat ini ataupun untuk masa tuanya.

Bukan bermaksud untuk menyalahkan orang tua secara sepenuhnya, namun orang tua yang tidak memiliki perencanaan finansial yang baik untuk masa tuanya memang berpotensi besar untuk membuat sang anak menjadi generasi sandwich berikutnya.

Dan besar kemungkinan sang anak akan mengikuti jejak orang tuanya kelak sebagai orang tua yang tidak mandiri di masa tuanya, dan pada akhirnya berlanjut begitu seterusnya bagaikan lingkaran setan.

4. Anak terlambat untuk bersikap mandiri dan independen dari segi finansial

Faktor penyebab generasi sandwich lainnya adalah karena kondisi anak yang terlambat untuk mampu bersikap mandiri dan independen dari segi finansial. Misalnya saja setelah lulus kuliah belum mendapat pekerjaan sehingga masih ditanggung orang tua dalam berbagai hal. Belum lagi orang tua yang sudah semakin renta dan sudah tidak produktif lagi, membuat kita harus bertanggung jawab untuk merawatnya.

Dampak Generasi Sandwich

Mengenal Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantainya

photo via blog.simplefastloans.com

Mungkin banyak yang berpikir, apa salahnya menanggung kehidupan orang tua? Bukankah itu adalah kewajiban dan ibadah seorang anak? Ya, memang tak ada salahnya menanggung kehidupan orang tua, asalkan kamu mampu. Karena beban yang harus ditanggung para sandwich generation tidaklah mudah.

Mereka yang sudah merasakannya pasti setuju jika menjadi generasi sandwich sangat penuh tantanngan. Mereka bekerja keras tidak hanya untuk kebutuhan diri sendiri, namun juga untuk memenuhi kebutuhan orang tua, dan anak-anak mereka. Beban tersebut memberikan dampak untuk orang yang menanggungnya. Berikut beberapa dampak generasi sandwich!

1. Kesulitan secara finansial

Dampak yang dirasakan ketika menjadi generasi sandwich salah satunya adalah kesulitan finansial. Jumlah tanggungan keluarga yang lebih banyak menyebabkan generasi sandwich memiliki kewajiban finansial yang cenderung lebih tinggi dan proporsi waktu luang yang lebih sedikit dibanding non-generasi sandwich.

Terlebih bagi mereka yang berpenghasilan pas-pasan. Beban yang ganda dengan penghasilan yang pas-pasan cenderung berdampak negatif pada sisi emosional seseorang. Nggak heran jika mereka kerap merasakan stres dan tertekan karena tanggung jawab ganda tersebut.

2. Tingkat stres yang lebih tinggi

Seperti yang disebutkan sebelumnya, mereka yang berada pada generasi sandwich ini rentan mengalami stres tinggi atau depresi. Penyebabnya tidak lain tidak bukan adalah karena tanggung jawab ganda yang mereka emban. Bukan hanya disektor finansial, namun juga mereka dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak dan juga orang tua mereka. Yang mereka pikirkan bukan hanya diri sendiri saja, tetapi juga orang tua mereka dan terkadang orang-orang disekitar mereka juga.

3. Rentan merasa tertekan

Tak hanya stress dan depresi, mereka yang berada dalam lingkaran generasi sandwich sangat rentan merasa tertekan. Rasa tertekan ini kerap kali menghampiri mereka karena adanya tuntutan dari dua arah. Mereka harus memikirkan masalah anak dan orang tua secara bersamaan padahal mereka sendiri memiliki masalah yang cukup berat. Tidak jarang pula tekanan yang mereka rasakan datang dalam waktu yang bersamaan dan berpengaruh negatif untuk kesehatan mental mereka.

4. Burnout atau kelelahan fisik dan juga mental pada diri sendiri

Memiliki tanggung jawab ganda dengan penghasilan yang pas-pasan membuat mereka yang berada dalam lingkaran generasi sandwich harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan orang tua dan anak-anak mereka. Kerja keras yang sering kali dilakukan dapat menyebabkan fisik kita kelelahan, waktu tidur menjadi berkurang bahkan waktu untuk sekedar bersosialisasi saja sangat terbatas.

Kondisi inilah yang membuat kita mudah merasa lelah secara fisik dan juga mental. Hal ini juga menjadikan kita sulit untuk meluapkan emosi atau sekadar refreshing menghilangkan penat. Nggak heran jika generasi sandwich mudah merasakan stress dan depresi.

5. Memicu konflik dalam pernikahan

Status sebagai generasi sandwich juga memberikan dampak negatif terhadap kondisi pernikahan. Misalnya saja, suami yang berstatus sebagai generasi sandwich dengan istri yang hanya seorang ibu rumah tangga. Mau tidak mau, suami harus membagi penghasilannya yang pas-pasan, untuk kebutuhan orang tua, rumah tangganya dan tentu saja untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya.

Begitu banyak hal yang dipikirkan dan harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan finansial dua generasi. Kondisi ini menyebabkan terjadinya kesulitan finansial di dalam rumah tangga yang bisa menjadi pemicu munculnya konflik dalam pernikahan.

6. Selalu merasa bersalah atau merasa tidak puas

Berada dalam posisi generasi sandwich juga membuat kita selalu merasa bersalah dan merasa tidak puas terutama ketika kita kebutuhan orang tua dan anak-anaknya tidak terpenuhi secara maksimal, padahal segala tanggungan merupakan tanggung jawabnya.

Apabila perasaan bersalah ini terus dibiarkan tentu akan berbahaya dan mengganggu kesehatan mental. Mereka akan dengan mudah menyalahkan diri sendiri dan tidak dapat menghargai kerja keras diri sendiri. Perasaan bersalah ini juga membuat seseorang menjadi mudah insecure dan sulit dalam hal mencintai diri sendiri.

7. Mudah merasa khawatir

Dampak yang diakibatkan oleh generasi sandwich ini juga membuat seseorang mudah merasa khawatir akan masa depan diri sendiri, orang tua dan juga anak-anaknya. Khawatir akan biaya kesehatan orang tua, biaya pendidikan anak-anak hingga biaya untuk kebutuhan rumah tangga yang lainnya. Terlebih kebutuhan-kebutuhan tersebut belum terpenuhi secara maksimal karena keterbatasan biaya. Kekhawatiran ini dapat menyebabkan kecemasan yang berlebihan, dan apabila diabaikan dapat mengakibatkan depresi.

Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich

Mengenal Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantainya

photo via benevilla.org

Nah setelah mengetahui apa dampak dari generasi sandwich, tentu kita ingin keluar atau memutus rantai generasi sandwich. Hanya saja, memutus rantai generasi sandwich bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan begitu saja. Dibutuhkan konsistensi, usaha yang lebih besar serta partisipasi dari generasi sebelumnya dan generasi setelahnya agar rantai generasi sandwich ini dapat terputus. Nah untuk itu, berikut beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk memutus rantai generasi sandwich!

1. Cari tahu orang-orang yang kamu tanggung masih dalam usia produktif atau tidak

Cara yang pertama adalah dengan mencari tau apakah orang-orang yang akan kamu tanggung masih dalam usia produktif atau tidak. Jadi sebelum kamu pasrah memberikan sebagian uang kamu untuk menanggung mereka, lebih baik cari tau kondisi mereka terlebih dahulu. Jika kondisi mereka sudah tidak memungkinkan untuk produktif seperti sudah lansia, memiliki penyakit, lumpuh dll, berarti kamu harus siap untuk make more money. Sedangkan jika mereka masih dalam usia produktif, maka kamu bisa membantu mereka untuk menjadi lebih produktif.

Caranya bisa dengan membantu orang tua kamu untuk memulai usaha baru, mencarikan pekerjaan untuk adik-adik atau saudara kamu, ataupun mengajarkan mereka untuk mencari penghasilan sendiri. Jadi sederhananya, daripada terus-terusan memberikan uang kepada mereka, lebih baik kamu luangkan waktu kamu untuk membantu dan mengajarkan mereka untuk menghasilkan uang secara mandiri.

2. Atur keuangan mereka

Cara yang kedua adalah dengan mengatur keuangan mereka. Memang sih, kita juga harus mampu mengatur keuangan kita sebaik mungkin, namun jika kamu berada dalam posisi generasi sandwich, maka kamu juga perlu untuk mengatur keuangan mereka.

Misalnya saja, kamu mengirimkan sejumlah uang untuk orang tua kamu secara rutin setiap bulan. Namun kamu tidak mengetahui uang itu digunakan untuk apa saja. Dan terkadang, orang tua kamu meminta lebih untuk tagihan ini dan itu. Padahal kita sendiri belum mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika ini terjadi secara terus menerus, tentu akan menjadi tekanan dan beban tersendiri.

Padahal jika kamu dapat mengatur keuangan mereka, maka beban kamu dapat berkurang. Mengatur keuangan mereka ini, bisa dilakukan dengan cara mengetahui apa saja pengeluaran mereka tiap bulannya, apakah ada cicilan yang masih ditunggak oleh orang tua atau apakah ada aset yang bisa dioptimalkan sebelum kita mengirimkan mereka uang. Cara ini sangat penting diperhatikan untuk dapat memutus rantai generasi sandwich yang terkadang amat sangat mencekik.

3. Bicarakan dengan keluarga

Sebagian orang tua mungkin tidak suka jika sang anak mengatur keuangan mereka, jangankan mengatur, membicarakan tentang uang saja kita takut dianggap perhitungan dengan orang tua. Namun jika dampak generasi sandwich ini sudah sangat memberatkan kamu, maka kamu bisa bisa membicarakannya dengan keluarga kamu, baik itu orang tua maupun saudara kamu.

Kalau kamu memiliki saudara, kamu bisa mengajak mereka untuk ikut menanggung kebutuhan finansial orang tua agar beban terasa lebih ringan. Tapi, kalau kamu anak tunggal, jangan ragu untuk membicarakannya kepada orang tua. Beritahu kemampuan finansial kamu dan juga kebutuhan yang harus kamu tanggung. Agar orang tua kamu mengerti dan tidak salah paham menganggap kamu pelit atau tidak mau mengurus mereka.

Jangan memaksakan diri untuk menanggung kebutuhan orang tua padahal kamu sendiri belum mampu mencukupi kebutuhan diri sendiri. Jangan sampai kamu terpaksa berutang sehingga membuat kamu menjadi lebih stres dan terbebani.

4. Mengelola keuangan dengan bijak

Jikapun kamu memang harus menjadi generasi sandwich, maka kamu bisa menjadi generasi terakhir dengan mengelola keuangan kamu dengan bijak. Jangan wariskan beban 2 generasi tersebut kepada anak-anak kamu.

Caranya dengan mengelola keuangan kamu dengan bijak. Prioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan daripada pengeluaran yang bersikap konsumtif. Dengan mengurangi pengeluaran tidak penting, maka kita bisa lebih banyak menyisihkan uang untuk kepeluan lain yang lebih penting dan urgent. Bahkan kita bisa menabung untuk masa tua kita nanti.

5. Siapkan dana pensiun

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, generasi sandwich ini terjadi karena orang tua yang dulunya tidak menyiapkan dana pensiun untuk hari tua mereka. Jadi ketika mereka sudah tidak bekerja tanggung jawab keuangan dilimpahkan ke anaknya. Hal tersebut membuat banyak anak-anak di generasi setelahnya terjebak dalam rantai generasi sandwich.

Maka dari itu, jika kamu ingin memutus rantai generasi sandwich, mulailah untuk menyiapkan dana pensiun untuk kamu sedini mungkin. Selain untuk menjamin kehidupan masa tua kamu, kamu juga bisa membebaskan anak kamu dari generasi sandwich.

6. Siapkan asuransi kesehatan dan jiwa

Cara untuk memutus rantai generasi sandwich berikutnya adalah dengan menyiapkan asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Asuransi kesehatan merupakan hal yang wajib dimiliki karena di jaman sekarang biaya berobat dirumah sakit sangatlah mahal. Sehingga, keberadaan asuransi kesehatan sangat membantu dan memudahkan kamu ketika diharuskan berobat secara mendadak.

Sementara itu, asuransi jiwa juga tidak kalah penting. Kita tidak pernah tahu perihal usia manusia. Jadi dengan adanya asuransi jiwa setidaknya kita bisa sedikit lebih tenang dan terjamin jika sewaktu-waktu ada hal buruk yang menimpa kita.

7. Menyiapkan dana pendidikan anak

Selain asuransi kesehatan dan jiwa, kita juga bisa menyiapkan dana pendidikan anak sebagai cara untuk memutus rantai generasi sandwich. Dengan asuransi pendidikan, kamu dapat menyiapkan biaya pendidikan anak untuk masa depan dimulai dari sekarang. Hal ini dapat meringankan beban kamu dikemudian hari. Sebelum memilih asuransi pendidikan, pastikan kamu memperkirakan perhitungan biaya pendidikan anak secara detail, seperti akan memilih sekolah di mana yang disesuaikan dengan kemampuan finansial kamu.

8. Mengajarkan anak untuk menabung dan belajar mandiri secara finansial

Dan cara yang nggak kalah penting untuk memutus rantai generasi sandwich adalah dengan mengajarkan anak untuk menabung dan belajar mandiri secara finansial. Ajarkan anak untuk rajin menabung sedini mungkin, ajarkan juga membedakan antara kebutuhan pokok dengan kebutuhan bersifat konsumtif agar mereka tidak boros dan dapat mengatur keuangan dengan bijak.

Dan yang lebih penting, nggak ada salahnya mengajarkan anak mandiri secara finansial sejak dini. Misalnya saja mengajarkan mereka berbisnis diusia remaja, ataupun mengajarkan mereka untuk membuka usaha sesuai dengan yang mereka sukai. Hal ini akan melatif kemandirian anak terkait masalah finansial.

Nah itu dia beberapa hal yang wajib kamu ketahui mengenai generasi sandwich dan cara memutus rantainya. Jadi bagaimana menurut kalian guys? Apakah kamu termasuk kedalam generasi sandwich atau tidak? Lantas apa pendapat kalian tentang generasi ini? Share pendapat kalian di kolom komentar ya!