Apa Itu Bully/Bullying? Bagaimana Tipe-tipe Bullying dan Cara-cara Pencegahan/Penanganan Bullying
Mungkin kalian sudah tidak asing lagi dengan istilah bully ataupun bullying, dimana para korban bully biasanya anak – anak yang masih mengenyam pendidikan. Para anak – anak korban bully biasanya tertekan secara mental, fisik dan emosionalnya karena kekerasan yang dialami baik secara verbal ataupun fisik. Salah satu anak korban bully di sekolah biasanya enggan untuk kembali masuk sekolah. Akan tetapi untuk kasus yang lebih parah, korban bully bisa sampai mengakhiri hidupnya karena sering terkena bully.
Bullying mungkin merupakan sebuah istilah yang asing bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, walaupun fenomena ini telah berlangsung lama dan terjadi di berbagai segi kehidupan termasuk dunia pendidikan. Belum ada penelitian formal yang mengukur pemahaman murid terhadap istilah bullying di Indonesia.
Bullying sebenarnya berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya (korban disebut bully boy atau bully girl) berupa stress (yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya).
Tipe – Tipe Bullying
Bullying diklasifikasikan dalam empat jenis:
1. Bullying verbal
Bullying verbal adalah segala bentuk bullying yang mengandalkan penggunaan kata-kata atau bahasa untuk menyerang target. Contoh bullying verbal antara lain menghina, mengejek, mencemooh atau menyindir seseorang. Penampilan fisik, orientasi seksual, gender dan ras adalah contoh hal-hal yang paling sering dijadikan bahan ejekan atau serangan verbal. Bullying verbal adalah jenis bullying yang paling umum terjadi.
2. Bullying fisik
Bullying fisik adalah segala bentuk bullying yang melibatkan pelecehan atau serangan fisik. Contoh bullying fisik antara lain memukul, mendorong, menjambak, menampar, menendang atau melempari seseorang. Merusak, menyembunyikan atau mengambil barang orang lain juga dikategorikan sebagai bullying fisik.
3. Bullying sosial
Bullying sosial adalah tipe bullying yang dilakukan untuk menjatuhkan reputasi sosial seseorang. Tipe bullying ini biasanya dilakukan di belakang korban. Contoh bullying sosial antara lain menyebarkan gosip, mengucilkan seseorang, sengaja meninggalkan seseorang, dan memasang ekspresi atau gestur yang melecehkan.
4. Cyberbullying
Cyberbullying adalah segala bentuk bullying yang dilakukan dengan bantuan media elektronik seperti ponsel atau komputer, lewat SMS, email, jejaring sosial dan layanan sosial elektronik lainnya. Contoh cyberbullying antara lain mengirimkan pesan yang abusif, mengepos komentar yang ofensif, mengepos foto atau video yang memalukan, atau memalsukan profil seseorang.
Pelaku Bullying
Masalah emosi dan perilaku menyimpang lebih banyak dijumpai pada anak yang terlibat bullying dibandingkan mereka yang tidak terlibat. Berdasarkan penilaian skor total, Gini menemukan proporsi masalah emosi dan perilaku pada anak yang tidak terlibat dalam bullying (13,5%) lebih sedikit dibanding anak yang terlibat, baik sebagai korban (40%), pelaku (14,3%), dan korban sekaligus pelaku (27,1%). Di antara subjek yang terlibat dalam bullying, kelompok korban sekaligus pelaku memiliki risiko paling tinggi timbulnya perilaku psikopatologis.
Karakteristik Anak Mendapatkan Bulying
- Enggan untuk pergi sekolah
- Mengalami penurunan nilai
- Barang yang dimiliki hilang atau rusak
- Rasa amarah dan benci semakin mudah meluap dan meningkat
- Sulit untuk berteman dengan teman baru
Karakteristik Pelaku Bullying
- Anak bersikap agresif, terutama pada mereka yang lebih muda usianya, atau lebih kecil atau mereka yang tidak berdaya (binatang, tanaman, mainan).
- Sesekali anak bersikap agresif yang berbeda ketika bersama anda.
- Melakukan tindakan agresif yang berbeda ketika tidak bersama anda (diketahui dari laporan guru, pengasuh, atau teman-teman).
- Ada laporan dari guru/ pengasuh/ teman-temannya bahwa anak melakukan tindakan agresif pada mereka yang lebih lemah atau tidak berdaya
Dampak bullying
- Depresi
- Rendahnya kepercayaan diri / minder
- Pemalu dan penyendiri
- Merosotnya prestasi akademik
- Merasa terisolasi dalam pergaulan
- Terpikir atau bahkan mencoba untuk bunuh diri
- Malas pergi ke sekolah
- Ingin pindah sekolah
Penanganan Bullying
- Strategi dalam penanganan bullying memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan guru, orangtua, murid, pekerja sosial, dan dokter. Dokter anak memiliki peran penting dalam per masalahan bullying.
- Peran dokter anak di antaranya mengidentifikasi pasien berisiko, menasihati keluarga, dan mendukung implementasi program anti- bullying di sekolah. Peran lainnya ialah melakukan skrining masalah mental dan melakukan rujukan apabila perlu.
- Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah tertangani dengan baik dan selesai dengan tuntas.
Pencegahan
- Sosialisasi antibullying kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan segenap civitas akademika di sekolah.
- Penerapan aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek antibullying.
- Membuat aturan antibullying yang disepakati oleh siswa, guru, institusi sekolah dan semua civitas akademika institusi pendidikan/ sekolah.
- Meminta Depdiknas memasukkan muatan kurikulum pendidikan nasional yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak/siswa agar tidak terjadi learning difficulties.
- Muatan media cetak, elektronik, film, dan internet tidak memuat bullying dan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi siaran yang memasukkan unsur bullying.
Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying:
- Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan diri anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying. Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis.
- Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain kemampuan mempertahankan diri secara psikis seperti yang dijelaskan di no. 1a. Maka yang diperlukan adalah kemampuan anak untuk bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.
- Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau dengan orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman, diharapkan anak tidak terpilih menjadi korban bullying karena :Kemungkinan ia sendiri berteman dengan pelaku, tanpa sadar bahwa temannya pelaku bullying pada teman lainnya. Kemungkinan pelaku enggan memilih anak sebagai korban karena si anak memiliki banyak teman yang mungkin sekali akan membela si anak. Sosialisasi yang baik dengan orang yang lebih tua, guru atau pengasuh atau lainnya, akan memudahkan anak ketika ia mengadukan tindakan kekerasan yang ia alami.