Kisah Inspiratif Pendiri WhatsApp Dari Tukang Bersih-bersih Hingga Menjadi Sukses

Dibuat oleh blogunik

Sebagai pengguna aktif WhatsApp, tahukah kalian siapa pendiri WhatsApp? Kita sama-sama tahu kalau WhatsApp adalah aplikasi instant messaging yang paling populer dan bahkan menjadi salah satu aplikasi instan messaging yang paling banyak digunakan di dunia. Ternyata dibalik kepopuleran WhatsApp ada seorang jenius bernama Jan Koum.

Ya, Jan Koum adalah pendiri dan orang yang berada dibalik kesuksesan WhatsApp sebagai aplikasi instan messaging terpopuler di dunia. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sosok Jan Koum ini selama membangun WhatsApp? Dari sesosok pria miskin hingga menjadi sukses seperti sekarang ini. Ada yang penasaran bagaimana Jan Koum membuat dan menciptakan aplikasi WhatsApp hingga menjadi orang yang sukses seperti sekarang ini? Berikut kisah inspiratif Jan Koum, pendiri WhatsApp. Let’s check it out guys!

Biografi Singkat Jan Koum

Kini menjadi sosok pria sukses yang menginsipirasi, ternyata dulunya Jan Koum adalah anak yang berasal dari keluarga yang relatif miskin. Jan Koum dilahirkan pada tanggal 24 februari 1976 di daerah bernama Fastiv bagian Kiev, Ukraina.

Ayah Jan Koum adalah seorang manager konstruksi dan ibunya hanyalah seorang Ibu rumah tangga. Hidup mereka sangat pas-pasan bahkan daerah tempat tinggal Jan Koum sangat memprihatinkan sebab segala fasilitas sangat terbatas seperti listrik. Bahkan untuk mandi pun mereka harus mengantri di tempat mandi umum.

Saat kecil, Jan Koum tinggal di negara yang politiknya sering bergejolak. Jan Koum dan keluarga yang memang keturunan Yahudi harus selalu berhati-hati. Pasalnya gerakan anti yahudi di Ukraina saat itu semakin meningkat.

Kisah Inspiratif Pendiri WhatsApp

photo via techcrunch.com

Pindah ke Amerika saat usia 16 tahun

Karena semakin tingginya gejolak politik dan meningkatnya gerakan anti yahudi di Ukraina, maka untuk menghindari hal tersebut, keluarga Jan Koum memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1990. Mereka pindah ketika Jan Koum berusia 16 tahun.

Mereka tinggal di wilayah Mountain View, Amerika Serikat dengan mimpi meraih kehidupan yang lebih baik. Namun sayangnya, di Amerika, mereka juga mengalami masa-masa sulit. Keluarga Koum tinggal di apartemen kecil dengan dua kamar tidur hasil bantuan pemerintah. Mereka terpaksa bergantung pada jaminan sosial dan mengantre kupon makanan karena tak punya uang.

Menggantikan peran sang ayah

Belum sempat menyusul ke Amerika Serikat, pada tahun 1997, ayah Jan Koum meninggal di Ukraina. Kematian sang ayah tentu menjadi pukulan berat bagi Koum dan keluarga. Apalagi Koum dan ayahnya jarang berkomunikasi melalui telepon sebab mereka menghindari penyadapan oleh pemerintah Ukraina. Menggantikan peran sang Ayah, Jan Koum dan Ibunya harus bekerja keras untuk bertahan hidup di Amerika Serikat.

Biografi Singkat Jan Koum, pendiri WhatsApp

photo via fonearena.com

Menjadi tukang sapu

Berhasil lolos dari gejolak politik dan gerakan yang mengancam keluarganya, hidup yang dijalani Jan Koum tidak berarti baik-baik saja. Apalagi setelah sang ayah meninggal, ia dan ibunya harus berjuang keras untuk bertahan hidup. Segala macam pekerjaan ia coba lakoni ketika pertama kali pindah ke Amerika hanya untuk menyambung hidupnya saja. Ibu Jan Koum kemudian mencoba bekerja sebagai pengasuh anak dan Koum membantu ibunya dengan menjadi penyapu toko untuk memenuhi kebutuhan mereka. Meskipun begitu mereka masih sangat kekurangan.

Hidup seperti tunawisma

Saking miskinnya kehidupan yang dijalani oleh Jan Koum, ia dan ibunya harus menggantungkan hidup pada subsidi makan yang diterima dari pemerintah setempat yang sebenarnya ditujukan bagi para tunawisma atau gelandangan. Bahkan untuk mendapatkan subsidi makan tersebut ia harus menunggu dalam antrean yang sangatlah panjang. Jan Koum juga terkadang tidur di tempat umum hanya beralaskan tanah dan beratapkan langit. Hidupnya kian terjal saat ibunya didiagnosa kanker. Mereka juga bertahan hidup dengan tunjangan kesehatan seadanya.

Kisah hidup Jan Koum, pendiri WhatsApp

photo via inc.com

Masa sekolah

Meskipun hidup miskin, bukan berarti Koum tidak mendapatkan pendidikan. Diketahui setelah kepindahannya ke Amerika Serikat Jan Koum bersekolah di sana. Diantara teman-teman sekolahnya, dia adalah murid yang paling miskin. Jan Koum satu-satunya murid yang tidak memiliki mobil di sekolah. Jadi, dia harus berangkat ke sekolah pagi sekali agar tidak ketinggalan bis sekolah.

Jan Koum dikenal sebagai anak yang nakal sebab ia sangat susah untuk menyesuaikan diri dan sering terlibat perkelahian, meskipun begitu ia merupakan murid yang cerdas dan amat menyukai pemrograman komputer yang ia pelajari secara otodidak dari buku-buku bekas.

Selain itu, Jan Koum juga mengalami kendala lain selama belajar karena pada saat itu dia belum mahir bahasa Inggris. Namun, usaha kerasnya dalam belajar akhirnya berbuah manis, dia bisa lulus dari sekolahnya.

Setelah lulus sekolah, ia melanjutkan pendidikan di San Jose University dengan mengambil jurusan komputer dan matematika. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliahnya, Jan Koum kemudian bekerja sebagai penguji sistem keamanan komputer di Ernst & Young.

Tetapi setelah mengikuti pendidikan ditempat tersebut, prestasi Koum sangat buruk dan akhirnya Drop Out dari kampus. Jan Koum merasa lebih enak belajar secara otodidak dan melanjutkan hobinya, yaitu programming.

Kerja serabutan

Setelah Drop Out, Jan Koum harus bekerja sebagai pembungkus barang belanjaan di supermarket untuk menyambung hidup. Dia juga pernah bekerja di toko elektronik, internet provider, hingga perusahaan audit. Ia juga belajar mengenai jaringan komputer secara otodidak.

Kisah Inspiratif Pendiri WhatsApp

photo via indoworx.com

Kematian sang ibu

Pada tahun 2000, cobaan hidup kembali menimpa Jan Koum saat ibunya meninggal akibat penyakit kanker yang dideritanya. Di tinggal kedua orang tuanya, Jan Koum hanya tinggal dengan neneknya dan berjuang keras untuk merawatnya.

Melihat jatuh bangunnya Yahoo

Bersama dengan Brian Acton, Jan Koum menyaksikan jatuh bangun Yahoo, Ia bekerja disana sebagai programmer dan menangani proyek periklanan di Yahoo. Namun lama-kelamaan, Jan Koum merasa tidak nyaman dengan banyaknya iklan yang harus diurus dan bertebaran di mana-mana. Dan pada akhirnya Koum memilih keluar dari Yahoo pada 31 Oktober 2007 silam.

Resign dari Yahoo

Bertahun-tahun bekerja di Yahoo, Jan Koum bersama Brian Acton memutuskan mundur pada tahun 2007 dari Yahoo. Setelah itu mereka kemudian menghabiskan waktunya dengan berlibur dan berwisata di daerah Amerika Selatan selama setahun.

Kisah hidup Jan Koum, pendiri WhatsApp

photo via businessinsider.com

Melamar pekerjaan di Facebook

Setelah resign dari Yahoo, Jan Koum dan Brian Acton memutuskan untuk melamar pekerja di Facebook yang disebut sebagai Service Social Media karya Mark Zuckerberg dan tengah naik daun di internet. Namun, saat itu Facebook menolaknya. Karena penolakan tersebut Jan Koum dan Brian Acton bersemangat untuk membuat sesuatu yang berpotensi dan membuka peluang lebih luas.

Berpisah dengan Brian Acton

Saat itu usia Koum 31 tahun, Koum telah mengumpulkan uang untuk memulai bisnisnya sendiri. Dia bertekad bahwa bisnisnya tersebut tak akan direcoki oleh iklan yang mengganggu. Namun karena perbedaan prinsip, Jan Koum dan Acton memutuskan untuk berpisah dan memulai jalan bisnisnya masing-masing. Tetapi walaupun begitu komunikasi mereka masih tetap terjalin dengan baik.

Kisah Inspiratif Pendiri WhatsApp

photo via inet.detik.com

Jatuh bangun mengembangkan WhatsApp

Namun usahanya untuk mengembangkan WhatsApp tak semudah yang dipikirkan. Awalnya, WhatsApp hanya di-download sekitar 250 orang saja, dan kebanyakan dari teman-teman Jan Koum sendiri. Aplikasinya pun belum dikatakan sempurna, karena masih sering mengalami crash. Bahkan perkembangannya terbilang lambat, membuat Jan Koum sempat terpikir untuk menghentikan pengembangan aplikasi tersebut.

Ketika hampir menyerah, teman baiknya, Brian Acton kemudian menyuruhnya untuk terus mengembangkan aplikasi WhatsApp buatan Jan Koum dan memberi waktu beberapa bulan melihat potensi besar aplikasi tersebut.

Atas dukungan teman baiknya, Jan Koum terus mengembangkan aplikasi ciptaannya. Secara mengejutkan, Apple juga datang dengan bantuan push notifications pada tahun 2009. Hal ini kemudian memberi jalan bagi Jan Koum untuk memodifikasi aplikasi buatannya sehingga ketika pengguna WhatsApp mengubah status di aplikasinya otomatis akan mengabarkannya di jaringan.

Perkembangan WhatsApp yang pesat

Pada awalnya WhatsApp hanyalah sebagai update status di kontak telepon di Iphone. Kemudian Jan Koum merilis WhatsApp v2.0 yang dilengkapi dengan fitur pesan instan yang kemudian berhasil menaikkan jumlah pengguna aplikasi tersebut menjadi 250 ribu pengguna.

Meski saat itu, saingan aplikasi WhatsApp adalah Blackberry Messengger (BBM), namun Jan Koum melihat terbatasnya penggunaan BBM. Pasalnya Blackberry Messengger hanya bisa digunakan di ponsel Blackberry saja. Hal ini membuat Jan Koum semakin bersemangat mengembangkan aplikasi besutannya.

Sebagai teman dekat, Brian Acton kemudian membantu Jan Koum dengan mencari investor untuk mendanai pengembangan aplikasi WhatsApp. Hasilnya dana yang terkumpul sejumlah 250 ribu dollar yang berasal dari mantan karyawan Yahoo.

Kemudian Brian Acton secara resmi bergabung dengan Jan Koum mengembangkan aplikasi WhatsApp. WhatsApp kemudian terus dikembangkan oleh Jan Koum dan berhasil meluncurkan fitur pengiriman foto pada tahun 2009 di Iphone selain itu ia juga merilis WhatsApp untuk device lain seperti Android dan Blackberry.

Tak hanya itu, WhatsApp kemudian diubah menjadi aplikasi berbayar pada tahun 2010 dan mereka berhasil memperoleh pendapatan sebesar 5000 dollar pada bulan pertama. Hal ini kemudian membuat investor lain banyak berdatangan untuk menanamkan modalnya di WhatsApp seperti Sequoia Capital yang menyuntikkan dana sebesar 8 Juta Dollar.

Kisah hidup Jan Koum, pendiri WhatsApp

photo via hipwee.com

WhatsApp makin mendunia

Memasuki tahun 2011, WhatsApp besutan Jan Koum berhasil masuk dalam 20 besar aplikasi populer di App Store dan membuat Sequoia Capital kembali menyuntikkan dana sebesar 50 juta dollar ke WhatsApp dan membuat nilai WhatsApp melambung menjadi 1,5 Milyar Dollar.

Meski dulu Jan Koum sempat ditolak Facebook, namun dengan kesuksesan WhatsApp, membuat perusahaan Facebook merayu Jan Koum untuk menjual WhatsApp. Namun Jan Koum menolaknya. Jan Koum terus mengembangkan WhatsApp ciptaannya, hingga pada tahun 2013, WhatsApp berhasil memiliki pengguna aktif sekitar 200 juta.

WhatsApp jadi rebutan Google dan Facebook

Kesuksesan WhatsApp membuat Google dan Facebook berebut untuk mengakusisi WhatsApp yang saat itu berkembang dengan pesat. Hingga kemudian pada tahun 2013, Jan Koum bersama Brian Acton setuju untuk menjual WhatsApp ke Facebook dengan nilai sebesar 19 Millar Dollar. Akuisisi Whatsapp oleh Facebook membuat Jan Koum dan Brian Acton sebagai orang kaya baru berkat perjuangan mereka mengembangkan aplikasi WhatsApp.

Kisah Inspiratif Pendiri WhatsApp

photo via hipwee.com

Menjadi orang kaya baru

Setelah aplikasi ciptaannya dibeli Facebook, kekayaan Jan Koum melonjak drastis sebesar US$6,8 miliar atau sekitar Rp80 triliun. Tahun 2015 lalu kekayaannya naik sebesar US$7,9 miliar atau sekitar Rp109 triliun menurut majalah Forbes. Dan tentunya kini kian bertambah.

Undur diri dari kursi CEO WhatsApp

Pada tahun 2018 lalu, kabar mengejutkan datang dari Jan Koum. Pasalnya Jan Koum mengundurkan diri dari kursi CEO WhatsApp. Hal ini diduga berselisih dengan Facebook yang memang telah mengakuisisi WhatsApp. Dikabarkan, Jan Koum kecewa karena Facebook ingin menggunakan data pribadi pengguna WhatsApp sebagai ladang iklan. Dalam akun Facebook miliknya, Jan Koum menuliskan salam perpisahan dan mengatakan sudah saatnya untuk move on. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Facebook berniat menjadikan WhatsApp sebagai lumbung baru iklan. Padahal selama ini, Jan Koum dan manajemen WhatsApp sangat gigih menolak keberadaan iklan pada aplikasi WhatsApp.

Itulah kisah inspiratif dari pendiri WhatsApp yang dapat kita pelajari. Melihat jatuh bangun perjuangan Jan Koum, dari seorang yang serba kekurangan menjadi seseorang yang bergelimang harta telah membuktikan bahwa setiap orang memiliki potensi kesuksesan masing-masing. Jadi jangan mudah menyerah dengan keadaan, karena kesuksesan hanya nyata untuk kamu yang pantang menyerah dan mau bekerja keras.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *