Penyebab Kenapa penetapan Tanggal Idul Fitri di Indonesia bisa berbeda

Dibuat oleh blogunik

Perbedaan pasti selalu ada tergantung versi ataupun sudut pandang sumbernya, begitu pula penetapan Hari Raya Idu Fitri. Bahkan Google pun tak mampu memberikan tanggal pasti kapan Idul Fitri dirayakan, dan memberikan sedikit catatan didalamnya yang menjelaskan bahwa tanggal tersebut bisa bervariasi.

Secara garis besar, perbedaan penentuan yang terjadi di Indonesia karena adanya perbedaan pemahaman makna rukyah dalam hadis Rasulullah tentang penentuan awal bulan diatas. Kelompok pertama berpendapat bahwa rukyah dalam hadis tersebut bersifat ta’abbudi-ghaira al-ma’qul ma’na, artinya tidak dapat dirasionalkan. Maka penentuan awal bulan Hijriah mau tidak mau harus menggunakan rukyatul hilal.

Adapun hisab digunakan sebagai pembantu agar rukyah bisa dilaksanakan tepat sasaran. Kelompok yang kedua mencukupkan penentuan awal bulan cukup menggunakan hisab. Walaupun memakai hadis yang sama, tetapi mereka beranggapan bahwa hadis tentang penentuan awal bulan tersebut bersifat ta’aqquli/ma’qul al-ma’na dan mentakwilkan lafal “rukyatihi” dari melihat dengan mata menjadi melihat dengan hati atau dengan ilmu pengetahuan. Hal ini seperti yang dilontarkan Rasyid Rihda dan Hasby Ash-Shiddiqy.

Mereka berpendapat, di zaman Rasul ilmu belum berkembang seperti sekarang. Saat ini, ilmu tentang siklus bulan sudah demikian maju karena penelitian yang dilakukan beratus tahun lamanya. Jadi perhitungan untuk mengetahui awal bulan menggunakan ilmu pengetahuan yang sudah maju merupakan pedoman utama dalam menetukan awal bulan. Di Indonesia, dua perbedaan tersebut direpresentasikan oleh dua Ormas Islam, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Sebenarnya hampir setiap ormas Islam di Indonesia mempunyai badan hisab.

Tetapi pada dasarnya mereka bisa dimasukkan dalam NU dan Muhammadiyah berdasarkan pemikiran mereka. Seperti al-Wasilah dan Perti yang bisa dimasukkan dalam kelompok NU dan Persis yang bisa dikatakan “lebih condong” ke Muhammadiyah. NU dikatakan sebagai kelompok pertama atau penganut Mazhab Rukyah, sedangkan Muhammadiyah merupakan kelompok kedua yaitu Mazhab Hisab. Dalam kajian rukyah NU, apabila dalam hitungan hisab umur bulan 30 hari, tetapi ketika melakukan rukyah yang selalu dilakukan tanggal 29 ternyata bulan bisa terlihat, maka yang ditetapkan adalah hasil rukyah, bukan hisab. Begitu juga sebaliknya.

Kalau penentuan dalam hasil dari perhitungan hisab umur bulan 29 hari, tetapi ketika melakukan rukyah bulan tidak terlihat, maka harus melakukan istikmal. Untuk Muhammadiyah, metode yang dipakai adalah hisab wujudul hilal. Mengenai konsep wujudul hilal ini adalah berdasarkan garis batas wujudul hilal yang menghubungkan tempat-tempat terbenamnya matahari dan bulan.

Awal bulan bisa ditentukan apabila berdasarkan hisab, hilal sudah diatas ufuk walaupun jaraknya nol koma sekian derajat. Apabila ada yang melakukan rukyah dan bulan tidak terlihat, Muhammadiyah tidak melakukan istikmal karena pada dasarnya bulan sudah wujud, hanya saja tidak terlihat karena suatu hal. Perbedaan mendasar mengenai metode penentuan awal bulan di Indonesia ini menyebabkan masyarakat Indonesia beberapa kali berbeda dalam melaksanakan hari Raya.

Save