Anak Sulung vs Bungsu, Enakan Yang Mana?

Dibuat oleh blogunik

Kalau ngomongin mana enakan jadi anak sulung atau anak bungsu? Tentu setiap orang memiliki pendapatnya masing-masing. Ada yang memilih lebih enak menjadi anak sulung karena bisa menyuruh adik-adiknya melakukan ini itu, ada juga yang memilih lebih enak menjadi anak bungsu karena bisa bermanja-manja dengan kakak-kakaknya. Kedua pendapat tersebut memang tidak salah karena, pada kenyataannya, memang kondisi seperti itulah yang menjadi drama pada kebanyakan keluarga yang memiliki anak sulung dan anak bungsu.

Padahal sebenarnya, tidak ada kelebihan ataupun kekurangan saat seseorang dilahirkan menjadi anak sulung ataupun menjadi anak bungsu. Yang berbeda hanyalah karakter mereka sehingga terbentuk sebuah anggapan bahwa anak sulung lebih begini dan anak bungsu lebih begitu.

Sebagai anak sulung, kamu memiliki beban yang lebih dibandingkan saudara-saudaramu. Kamu merasa perlu jadi panutan, oleh karena itu sifat alami si anak sulung pastinya seorang yang pekerja keras, teratur, bertanggung jawab serta bisa jadi penjaga bagi saudara-saudaramu.

Sebaliknya, si bungsu seringkali menjadi yang paling spesial secara pengasuhan, bahkan cenderung dimanja. Sehingga anak bungsu tumbuh menjadi sosok yang riang, santai, menyenangkan, penuh kasih sayang, dan mudah bergaul.

Nah berikut beberapa perbedaan antara anak sulung dengan anak bungsu yang sering menjadi drama dalam sebuah keluarga. Let’s check it out guys!

Suka duka terlahir sebagai “anak sulung”

1. Merasa punya kekuasaan untuk menyuruh adik-adiknya melakukan ini dan itu

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via practicalparenting.com.au

Sebagai anak yang lahir lebih dulu, anak sulung cenderung lebih bossy dengan kerap menyuruh adik-adiknya melakukan ini itu seenaknya. Mereka menganggap itu adalah hal wajar, karena mereka merasa lebih tua dan lebih tahu segalanya dibanding adik-adiknya sehingga merasa punya hak dan kekuasaan untuk memerintah adiknya. Bukan hanya itu, secara psikologi anak sulung juga cenderung susah mengakui kesalahan dan minta maaf duluan.

2. Punya tanggung jawab lebih untuk menjaga adik-adiknya

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via depositphotos.com

Sedari kecil anak sulung sudah diberi tanggung jawab untuk menjaga adik-adiknya. Ini membuat tanggung jawab si sulung lebih besar di banding dengan adik-adiknya di rumah. Bukan hanya memiliki tanggung jawab menjadi anak yang berbakti dengan orang tua namun juga sebagai kakak yang mampu mengayomi dan melindungi adik-adiknya. Si sulung juga kerap dijadikan panutan untuk adik-adiknya, sehingga si sulung cenderung dituntut untuk menjadi pribadi yang baik dalam segala hal.

3. Sering mendapat tugas yang lebih banyak dari orang tua

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via rd.com

Ketika di rumah, si sulung kerap mendapat tugas yang lebih berat dan lebih banyak dari orang tuanya di banding si bungsu. Contohnya saja, ketika orang tua mereka akan pergi, si sulung akan di beri mandat untuk menjaga rumah, dan menjaga adik-adiknya. Sedangkan si bungsu biasanya hanya akan disuruh untuk “jangan nakal”. Tak hanya itu, si sulung juga sering disuruh bangun pagi untuk membantu orang tua seperti mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai rumah hingga membersihkan halaman. Selagi si sulung berkutat dengan kegiatannya, si bungsu malah masih betah di alam mimpinya. Tak hanya itu, saat persediaan bumbu dapur habis, anak sulung akan menjadi pilihan pertama sang ibu untuk pergi belanja ke warung depan, meskipun si sulung tengah berkutat dengan tugasnya dan sibungsu yang masih asyik di depan TV. Kejadian seperti ini biasa sering terjadi di dalam keluarga, apakah kamu menyadarinya?

4. Dipaksa untuk selalu mengalah demi adik-adiknya

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via globaledulink.co.uk

Si sulung juga dituntut untuk bisa mengalah demi adik-adiknya. Hal ini sudah diajarkan pada pada mereka sejak kecil dalam keluarga mereka. Si sulung di ajarkan untuk berbagi segala sesuatu yang ia dapat atau miliki untuk adik-adiknya. Mulai dari berbagi kasih sayang orang tua, berbagi mainan hingga berbagi makanan. Mirisnya, jika si sulung tidak mau mengalah, si sulung akan di cap sebagai kakak yang buruk dan egois.

5. Sosok yang akan selalu kena omel atau amarah jika lalai menjaga adik-adiknya

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via boldsky.com

Tragisnya menjadi anak sulung adalah mereka akan menjadi sasaran amarah orang tua jika terjadi sesuatu atau lalai menjaga adiknya. Situasi ini sering terjadi pada sebagian keluarga. Dimana si sulung yang masih bocah, disuruh menjaga adiknya yang balita. Tentu si sulung yang masih bocah tidak akan bisa menjaga adiknya sebaik orang tuanya menjaga sang adik. Tak hanya itu, ketika bermain bersama adik, si sulung juga adalah orang yang akan disalahkan jika adiknya tiba-tiba menangis meskipun itu bukan kesalahan mereka.

6. Anak sulung lebih mandiri

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via misterwailor.com

Terkadang orang tua dengan banyak anak memiliki kesibukan lain yang membuat mereka tidak bisa selalu berfokus untuk mengurus anak sulung. Hal ini membuat si sulung belajar untuk bisa melakukan banyak hal dengan sendirinya tanpa bantuan orang tua. Ini membentuk karakter anak sulung menjadi lebih mandiri di banding adik-adiknya.

7. Kadang-kadang akan merasa iri dengan si bungsu yang masih dimanja oleh orang tua mereka

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via kp.ru

Meskipun terlahir sebagai anak pertama, bukan berarti anak sulung tidak ingin bermanja-manja dengan orang tuanya. Si sulung juga terkadang ingin bermanja dengan orang tuanya, namun karena posisinya sebagai anak tertua, ia dituntut untuk bisa mengalah demi adik-adiknya yang masih butuh perhatian orang tua. Selain alasan itu, kebanyakan anak sulung merasa gengsi untuk menunjukkan sifat manjanya kepada orang tua apalagi di hadapan adik-adiknya. Karena hal ini, si sulung hanya bisa iri melihat si bungsu yang masih bisa bebas bermanja pada orang tuanya.

8. Karakteristik anak sulung

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via giftsmate.net

Menurut Kevin Leman, PhD, penulis The Birth Order Book: Why You Are the Way You Are (Revell), yang dikutip dari Kumparan.com, anak sulung cenderung memiliki karakteristik mengikuti jejak orangtua, gemar mengambil alih dan memiliki kepercayaan diri. Karakteristik tersebut muncul karena ia belum memiliki saudara saat pertama kali belajar membaca, bersepeda dan lainnya. Sehingga orangtua akan serius mengajarkannya dan hal tersebut meningkatkan kepercayaan diri mereka.

Anak sulung juga dikenal dengan sifat ambisiusnya. Karakter ini muncul karena ia belajar dan melihat contoh dari orang dewasa di sekitarnya. Menurut Leman, sulung selalu ingin melakukan suatu hal untuk pertama kali tanpa melakukan kesalahan. Bisa jadi karena alasan ini, si sulung mungkin menolak melakukan hal baru karena tidak ingin membuat kesalahan.

Suka duka terlahir sebagai “anak bungsu”

1. Mempunyai hak istimewa dibandingkan kakak-kakaknya

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via ru.dreamstime.com

Hak istimewa terkadang diinginkan semua anak untuk mendapatkan sesuatu yang mereka mau. Sebagai anak terakhir, si Bungsu terkadang lebih diproritaskan atau mempunyai hak istimewa dibandingkan kakak-kakaknya. Misalnya saja saat bertengkar dengan kakaknya hanya karena sebuah mainan, tak jarang orangtua akan memberikan hak istimewa dengan memberikan mainan tersebut untuk si Bungsu. Bahkan dirinya akan mendapatkan sesuatu yang lebih mudah dibanding orang lain di dalam rumah.

2. Cenderung bersifat manja

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via thebugman.com

Anak bungsu sering menerima perhatian lebih dari keluarganya karena mereka merasa bertanggung jawab untuk mengurusnya. Karena itulah, anak bungsu mungkin saja mengembangkan sifat manja karena terbiasa tergantung dengan orang yang lebih dewasa dalam keluarganya.

3. Sering dianggap masih kecil padahal udah gede

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via healthbeginswithmom.com

Selain bersifat cenderung manja, anak bungsu juga kerap dianggap masih kecil oleh keluarganya meskipun usianya sudah dewasa. Banyak yang menganggap kalau anak bungsu adalah “bayi” dalam keluarga. Karena itu seringkali si bungsu tetap diperlakukan sebagai bayi walaupun telah mencapai usia dewasa. Ada kakak dan orang tua yang selalu mengurus keperluan mereka atau bahkan mengambil keputusan untuk mereka, sehingga hal ini kadang membuat si bungsu kurang bisa untuk mandiri.

4. Anak bungsu lebih manipulatif

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via lood.delfi.ee

Sebagai anak bontot dalam keluarganya, si bungsu biasanya akan bersikat lebih manipulatif. Si anak bungsu pintar mengambil hati orang tua. Kadang hal ini mereka manfaatkan untuk tujuan pribadi. Misalnya, cemberut ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Walau bagaimanapun, itu adalah salah satu bentuk manipulasi untuk mendapatkan keinginannya.

5. Lebih egois

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via raisingchildren.net.au

Terbiasa menjadi pusat perhatian membuat si bungsu sedikit egois. Mereka selalu ingin menjadi pusat perhatian keluarga dan cenderung mendahulukan perasaan dan kepentingan sendiri daripada orang-orang di sekitar. Saat dirinya mencari perhatian perlu diketahui bahwa ia ingin selalu merasa dicintai oleh semua orang yang ada di sekitarnya tanpa terkecuali. Bahkan anak bungsu seringkali tiba-tiba memeluk atau mencari perhatian sang Kakak. Bahkan anak bungsu biasanya ingin mendapatkan perhatian dari orangtuanya melebihi kakak-kakaknya. Intinya, kebanyakan bungsu ingin di nomor satukan oleh keluarganya.

6. Punya tanggung jawab lebih sedikit

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via istockphoto.com

Karena sudah ada kakak-kakaknya yang mengemban tanggung jawab lebih banyak, si bungsu biasanya akan mendapat tanggung jawab lebih sedikit. Ini karena keluarganya menganggap kalau si bungsu masih kecil, sehingga ragu memberikan tanggung jawab yang sama seperti kakak-kakaknya. Meskipun tak semua bungsu, namun kebanyakan bungsu dalam keluarga menyukai situasi ini karena mereka bisa lebih santai di banding kakak-kakaknya.

7. Kerap jadi bahan candaan kakak-kakaknya

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via plus.amanaimages.com

Meskipun identik dengan kesan manja, namun si bungsu kerap menjadi bahan candaan kakak-kakaknya. Apalagi jarak si bungsu dengan kakaknya cukup jauh, ini akan membuat kakak-kakaknya senang menggoda dan mengusili si bungsu, bahkan hingga menangis. Karakter si bungsu yang biasanya lebih polos, membuat dirinya menjadi sasaran empuk kejahilan kakak-kakaknya.

8. Sering disuruh-suruh oleh kakaknya untuk melakukan ini dan itu

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via gr.dreamstime.com

Tak hanya di jahili, si bungsu juga kerap menjadi “asisten” kakak-kakaknya untuk melakukan berbagai hal yang diinginkan kakak-kakaknya. Misalnya disuruh mengambil air minum untuk kakaknya, disuruh membeli camilan dan berbagai hal yang malas dilakukan oleh sang kakak sehingga menyuruh si bungsu untuk melakukannya.

9. Lebih dekat dengan orang tua

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via isthisnormal.littlespoon.com

Kebanyakan bungsu dalam keluarga lebih dengan orang tua di banding kakak-kakaknya. Hal ini terlihat secara jelas manakala jarak kelahiran yang berjauhan antar sang kakak dengan si bungsu. ketika saudaranya yang lebih tua sibuk dengan urusannya masing-masing, anak bungsu justru lebih mempunyai banyak waktu luang yang berkualitas dengan orang tua mereka. Ini membuat kebanyakan bungsu dalam keluarga dikenal lebih dekat dengan orang tua.

10. Kerap dibanding-bandingkan dengan sang kakak

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via flavorsofworld.com

Hal yang paling tidak mengenakkan menjadi anak bungsu adalah kerap dibanding-banding dengan sang kakak. Hal ini sering terjadi pada banyak keluarga, dimana si bungsu yang berjiwa bebas, diharapkan menjadi anak penurut seperti kakaknya. Tak hanya itu, disaat sang kakak berprestasi di bidang akakdemi, kebanyakan orang tua juga mengharapkan si bungsu sama berprestasinya seperti sang kakak. Hal ini membuat banyak orang tua selalu membanding-bandingkan si bungsu dengan kakak-kakaknya.

11. Jarang dibelikan barang baru dan selalu pakai bekas kakak

Suka Duka Terlahir Jadi Anak Sulung dan Anak Bungsu

photo via nytimes.com

Ini dia yang pasti selalu dirasakan oleh kebanyakan anak bungsu, yaitu barang-barang yang dia punya adalah warisan dari kakak-kakaknya. Apalagi kalau kakak dan adik sama-sama perempuan atau sama-sama lelaki. Dari baju seragam sampai mainan adalah punya sang kakak. Beda dari sang kakak. Karena dia kakak, jadi semua barang yang ia miliki adalah yang baru dan seleranya dia. Karena memang dia gak dapat turunan dari siapa-siapa. Meski telah diwariskan kepada si bungsu, kadang sang kakak masih suka menyebut-nyebut itu barangnya yang membuat anak bungsu jadi kesal. Ingin dibelikan barang baru, namun orang tua selalu mengatakan kalau barang punya kakak masih bagus, jadi pakai saja yang ada.

Nah itulah suka dukanya terlahir sebagai anak sulung ataupun anak bungsu yang sering dialami oleh banyak orang. Terlahir dalam posisi apapun di suatu keluarga, setiap anak memiliki keuntungannya masing-masing. Jadi bersyukurlah kamu memiliki saudara yang bisa di ajak saling berbagi, saling menyayangi hingga saling melindungi.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *