Fakta Tjokorda Sukawati, Penemu Konstruksi Jalan Layang Sosrobahu Asal Bali

Dibuat oleh blogunik

Sebagian orang khususnya anak teknik dan kalian yang sudah lama berkecimpung di bidang kontruksi pasti tahu mengenai teknik Sosrobahu alias sistem Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH). Teknik Sosrobahu merupakan teknik konstruksi pemutaran lengan beton jalan layang hasil pengecoran yang bisa diputar hingga 90 derajat. Dengan teknik ini, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, dan kemudian diputar 90° sehingga pembangunannya tidak mengganggu arus lalu lintas di jalanan di bawahnya.

Teknik ini dianggap sangat membantu dalam membuat jalan layang di kota-kota besar yang jelas memiliki kendala yakni terbatasnya ruang kota yang diberikan, terutama saat pengerjaan konstruksi serta kegiatan pembangunan infrastrukturnya tidak boleh mengganggu kegiatan masyarakat kota khususnya arus lalu-lintas dan kendaraan yang tidak mungkin dihentikan hanya karena alasan pembangunan jalan. Berkat teknologi konstruksi ini, pembuatan jalan layang di Indonesia bisa dilakukan dengan mudah dan berbiaya murah.

Lantas siapa penemu teknik Sosrobahu yang kerap digunakan untuk membangun jalan layang ini?

Fakta Tjokorda Sukawati, Penemu Konstruksi Jalan Layang Sosrobahu

photo via histori.id

Usut punya usut, teknik Sosrobahu ini diciptakan oleh orang Indonesia lho. Ia adalah Tjokorda Raka Sukawati atau kerap disebut Tjokorda Sukawati. Beliau merupakan insinyur Indonesia asal Bali yang namanya sangat berpengaruh pada pembangunan jalan layang di Indonesia. Teknologi ini digunakan pertama pada tahun 1988 untuk memutar lengan jalan layang di tol layang By Pass, Ahmad Yani, Jakarta Timur yang dikerjakan PT Hutama Karya. Dimana Tjokorda Sukawati menjabat sebagai direktur pada PT Hutama Karya tersebut.

Nah berikut beberapa fakta mengenai Tjokorda Sukawati Penemu Teknik Sosrobahu yang wajib kalian ketahui. Berikut ulasannya!

Biografi Tjokorda Sukawati

Fakta Tjokorda Sukawati, Penemu Konstruksi Jalan Layang Sosrobahu

photo via 0pwt0.blogspot.com

Tjokorda Sukawati merupakan insinyur Indonesia asal Bali yang lahir di Ubud, Bali pada 3 Mei 1931. Tjokorda meraih gelar Insinyur bidang Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung 1962, dan memperoleh gelar Doktor dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada tahun 1996.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Tjokorda memulai karirnya di PT. Hutama Karya, sebuah perusahaan konstruksi dan infrastruktur, yang merupakan Badan Usaha Milik Negara di bawah Departemen Pekerjaan Umum PT. Hutama Karya.

Di tahun 1987, perusahaan tersebut mendapat order untuk membangun jalan layang Cawang-Tanjung Priok. Pembangunan tersebut menemui kendala pada teknik konstruksi yang akan digunakan. Apabila teknik konvensional diterapkan secara paksa dalam pembangunan tersebut, kemacetan lalu lintas akan semakin bertambah. Padahal, pembangunan jalan layang tersebut tidak boleh mengganggu arus lalu lintas di bawahnya.

Alternatif lain yang sempat dilontarkan kala itu adalah penerapan metode gantung seperti yang pernah digunakan di Singapura. Namun, metode tersebut urung dipakai lantaran tingginya biaya yang diperlukan. Akhirnya, Tjokorda berhasil memecahkan permasalahan tersebut dengan teknik Sosrobahunya.

Pembuatan Sosrobahu terinspirasi dari sistem hidrolik dongrak mobil

Fakta Tjokorda Sukawati, Penemu Konstruksi Jalan Layang Sosrobahu

photo via medium.com

Dikutip dari Merdeka.com, Tjokorda mendapat ide teknik Sosrobahu saat ia hendak memperbaiki mobil Mercedes buatan 1974 miliknya. Saat ia mengangkat roda depan mobilnya dengan pompa hidrolik, badan mobil berputar dengan sumbu batang dongkrak karena keadaan garasi yang agak miring dan lantai yang licin karena tumpahan oli. Kejadian itu menginspirasinya untuk menerapkan cara kerja pompa hidrolik untuk mengangkat benda berat yang bila bertumpu pada permukaan yang licin, benda tersebut bisa digeser dengan mudah.

Setelah melakukan beberapa percobaan, akhirnya Tjokorda berhasil membuat alat putar silinder yang nantinya akan digunakan untuk memutar bahu lengan beton jalan layang. Sebenarnya penemuan tersebut belum diuji coba secara khusus di laboratorium. Namun, Tjokorda yakin penemuannya tersebut akan berhasil dan bahkan bersedia mundur dari jabatannya sebagai direktur PT. Hutama Karya bila temuannya itu tidak bisa bekerja. Ternyata temuan itu memang dapat bekerja dengan baik.

Nama Sosrobahu diberi oleh Presiden Soeharto

Fakta Tjokorda Sukawati, Penemu Konstruksi Jalan Layang Sosrobahu

photo via simomot.com

Penamaan teknik temuan Tjokorda ini sebagai teknik Sosrobahu diberikan oleh Presiden Soeharto kala itu. Nama Sosrobahu didapat pada pemasangan tiang ke-85 tepatnya pada november 1989 oleh presiden Soeharto yang diambil dari nama seorang tokoh pewayangan Mahabarata, dan semenjak saat itu tehnologi LPBH dinamai tehnology Sosrobahu. dan setelah saat itu insinyur Amerika-pun memakainya untuk pembangunan jalan tol di Seatle, dan mereka tetap mematuhi tekanan hidrolik sebasar 78 kg/cm2 arahan Tjokorda.

Bahkan penemuan tersebut telah diterapkan di negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu jalan layang terpanjang di Metro Manila, yakni ruas Vilamore-Bicutan, memakai buah karya Tjokorda Sukawati ini.

Pensiun dari PT. Hutama Karya dan mendirikan Fakultas Teknik Universitas Udayana

Fakta Tjokorda Sukawati, Penemu Konstruksi Jalan Layang Sosrobahu

photo via alsi-itb.org

Setelah pensiun dari PT. Hutama Karya, Tjokorda mendirikan Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali. Sembari mengajar di jenjang Pascasarjana, Tjokorda pun mengembangkan teknik Sosrobahu versi kedua agar teknik tersebut bisa diaplikasikan lebih ekonomis dan efisien.

Teknk Sosrobahu versi kedua

Fakta Tjokorda Sukawati, Penemu Konstruksi Jalan Layang Sosrobahu

photo via daerahkita.com

Perbedaan teknik Sosrobahu yang pertama dengan versi kedua terletak pada versi pertama memakai angkur baja yang disisipkan ke beton, akan tetapi pada versi kedua hanya dipasang kupingan berlubang di tengah, lebih sederhana dan lebih mudah dalam pengaplikasiaannya yang hanya memerlukan waktu sekitar 45 menit, lebih efektif apabila dibandingkan dengan versi pertama yang membutuhkan waktu sekitar dua hari. Secara ilmu teknis, konstruksi sosrobahu dapat bertahan sekitar satu abad lamanya.

Sementara itu, Tjokorda Sukawati telah meninggal pada tanggal 11 November 2014 lalu di Ubud, Bali. Beliau meninggal pada umur 83 tahun dan meninggalkan penemuan yang sangat berharga untuk kemajuan pembangunan jalan di Indonesia.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *