Berbagai Kisah Sukses Anak Muda Yang Lahir Dari Keluarga Miskin

Dibuat oleh blogunik

Guys, tahukah kamu kalau sebagian miliarder yang ada di dunia ini ternyata terlahir dari keluarga yang miskin? Yup nggak semua orang kaya lahir dari keluarga yang kaya lho, karena faktanya, banyak dari mereka yang justru terlahir dari keluarga yang tidak mampu bahkan berada dibawah garis kemiskinan.

Hal ini tentu menunjukkan pada kita kalau menjadi kaya atau miskin itu bukanlah nasib turun-temurun semata namun sebuah pilihan. Mereka yang kaya adalah orang-orang yang berani memilih jalan hidup penuh resiko, memiliki tekad, kerja keras, dan konsistensi. Sedangkan mereka yang miskin adalah orang-orang yang selalu memilih berada di zona nyaman.

Nah berbagai kisah sukses anak muda yang lahir dari keluarga miskin berikut ini akan membuka mata kalian bahwa melalui kerja keras, tekad, keberanian, konsisten dan sedikit keberuntungan, maka siapapun dapat mencapai kesuksesan yang luar biasa. Let’s check it out guys!

1. Yasa Paramita Singgih – Men’s Republic

Berbagai-Kisah-Sukses-Anak-Muda-Yang-Lahir-Dari-Keluarga-Miskin

photo via instagram.com/yasasinggih

Anak muda sukses yang lahir dari keluarga miskin pertama adalah Yasa Paramita Singgih. Pemuda kelahiran 23 April 1995 ini dikenal sebagai salah satu pengusaha muda yang meraih kesuksesan dibawah usia 20 tahun. Yasa merupakan pendiri “Men’s Republic”, sebuah perusahaan yang menjual produk khusus pria. Yasa tidak terlahir dari keluarga kaya sehingga ia sangat menghargai dan terbiasa dengan kerja keras.

Di kelas 3 SMP, dia melihat sang ayah menderita sakit jantung dan harus menjalani operasi pemasangan ring yang butuh biaya besar. Kondisi ini membuat dia memberanikan diri memulai usaha di usia yang sangat belia. Ia pun mulai menjadi pembawa acara guna mencari uang jajan sendiri. Yasa tak mau membebani kedua orang tuanya. Usaha pertamanya adalah melamar sebagai Master of Ceremony, bekerja sebagai pembawa acara di sebuah pusat perbelanjaan. Dalam seminggu ia menerima uang Rp.350.000 setiap kali tampil sehari.

Selepas masuk SMA Regina Pacis, Jakarta, barulah dimulai usahanya sendiri untuk mencari uang. Selepas kontrak sebagai pembawa acara selesai, ia mulai berbisnis lampu hias warna- warni selama enam bulan.

Singkat cerita, manis pahit perjalan bisnis sempat Yasa rasakan, mulai dari kebangrutan kafe “Ini Teh Kopi” miliknya serta produk kaos yang semula ia buat juga tutup. Namun pengalaman tersebut yang membuat pelajaran dalam usaha Yasa Singgih, ia berprinsip jika terjun ke dunia bisnis harus fokus dan sepenuh hati. Kini bisnis “Men’s Republic” miliknya bisa menghasilkan omzet ratusan juta per bulan.

2. Sanawi – Juragan Es Krim

Berbagai-Kisah-Sukses-Anak-Muda-Yang-Lahir-Dari-Keluarga-Miskin

photo via majalahpeluang.com

Berikutnya ada Sanawi, seorang pria asal Blora, Jawa Tengah yang dikenal sebagai juragan es krim dengan omzet Rp 1,5 miliar perbulan. Sanawi dibesarkan dari sebuah keluarga miskin bahkan hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 1 Sekolah Dasar.

Perjalanan Sanawi menjadi seorang pengusaha sukses penuh liku. Lahir dari keluarga miskin, Sanawi tidak bisa menamatkan sekolah dasar. Lantaran tidak fasih membaca dan menulis, Sanawi kecil sering diejek teman-temannya. Di tengah segala keterbatasan itu, selama bertahun-tahun dia hanya bisa menjadi penggembala sapi milik orang lain untuk membantu keuangan keluarga.

Tak ingin terus hidup kekurangan, Sanawi remaja yang ketika itu berusia 16 tahun bertekad mencari peruntungan di Jakarta. Di Jakarta ia menjadi kuli bangunan. Namun pada tahun 2006, Sanawi dan temannya pindah ke Samarinda, Kalimantan Selatan. Di kota ini pun, ia kembali menjadi kuli bangunan. Setahun merantau, ia merasa tak ada peningkatan pendapatan.

Hal ini membuatnya berpikir untuk mencari penghasilan tambahan dengan berjualan es krim. Modal awal untuk menjual es krimpun, ia peroleh dari hasil pinjaman temannya sebesar Rp 60.000. Setiap hari, dengan menggunakan sepeda, Sanawi keliling menawarkan es krim buatan salah satu produsen ternama seharga Rp1.000 setiap cone. Meskipun dia kerap diusir orangtua yang tak mau anaknya membeli es krim, Sanawi terus giat menggenjot gerobak es krimnya. Hasilnya, dia bisa mengantongi keuntungan sebesar Rp150.000 per hari.

Sedikit demi sedikit, keuntungan hasil jualannya dikumpulkan untuk membeli motor. Sanawi juga memberanikan diri mengajukan pinjaman ke bank untuk membeli mobil bak terbuka sebagai penunjang usaha.

Sanawi punya keinginan besar untuk maju. Karena itu, tak segan-segan dia belajar membaca dibantu anaknya. Untuk belajar soal bisnis, dia berbaur dengan pengusaha es krim yang lebih dulu sukses.

Melihat peluang besar di bisnis es krim, Sanawi mengajak teman-teman yang bekerja di proyek bangunan ikut berjualan es krim. Ia menjadi distributor yang memasok es krim bagi mereka.

Dari sini, bisnisnya berkembang pesat. Selama tiga tahun menjadi distributor es krim, pada 2010, Sanawi sudah memiliki 400 pengecer yang disebutnya mitra. Kini, ia sudah memiliki 700 mitra yang dilayani melalui 27 subdistributor es krim miliknya maupun hasil kongsian di beberapa kota di Kalimantan, Makassar, Manado, Batam, dan Jakarta.

Tak puas di bisnis es krim, Sanawi juga merambah ke bisnis minimarket. Ia memiliki dua minimarket di Samarinda dan Palangkaraya. Namun, karena keuntungannya tipis, ia berniat menutup salah satu minimarket itu. Ia juga mengembangkan sayap bisnisnya di jasa penyewaan kontainer dan pengolahan bebek serta ayam beku. Semua bisnis itu dilabeli dengan merek Vanesa.

Selain sebagai distributor es krim merek terkenal, Sanawi juga memproduksi es krim sendiri. Dia sempat ditegur salah satu produsen es krim pemasok. Tapi ia tetap membuat es krim sendiri, meski kontribusinya masih kecil.

Saat ini, Sanawi punya pabrik es krim di Kudus, Jawa Tengah. Ia juga memproduksi cone. Dalam sehari, pabriknya bisa memproduksi 40.000 cone. Dalam sebulan, ia dapat menjual hingga 9.000 ember es krim dengan omzet miliaran rupiah.

3. Sugimun – Toko Elektronik “Cahaya Baru”

Sugimun merupakan seorang pria sukses yang terlahir dari keluarga miskin berikutnya. Lelaki yang lahir tahun 1970, di dusun Mojopuro, Magetan, Jawa Timur ini adalah pemilik toko elektronik “Cahaya Baru” di kota Trenggalek dan Magetan, Jawa Timur. Bagi orang Trenggalek , Magetan dan sekitarnya, nama toko itu sudah tidak asing lagi. “Cahaya Baru” dikenal sebagai toko elektronik yang cukup besar. Omsetnya sudah mencapai 150 juta per bulan.

Sugimun sang pemilik, dilahirkan dalam keadaan lumpuh akibat polio. Sugimun juga lahir dari keluarga miskin. Saking miskinnya, ia tidak sempat mengenyam pendidikan formal. Jangankan masuk SD, TK saja tidak pernah.

Menginjak umurnya yang ke 19, Sugimun mulai menemukan peluang untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tim yang tergabung dari Aparatur Desa dan Dinas Sosial singgah ke rumah Sugimun untuk mengajaknya mengikuti program penyantunan dan rehabilitasi sosial dan penyandang cacat di Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) “Suryatama” yang berada di Kota Bangil, Jawa Timur.

Pada awalnya Sugimun merasa minder karena semua temannya yang penyandang cacat memiliki pendidikan formal mulai dari SD, SMP bahkan ada yang lulusan SMA. Namun karena tekadnya untuk bangkit dan tidak ingin bergantung pada orang lain, rasa rendah diri itu dibuangnya jauh-jauh. Di Suryatama, ia belajar keterampilan elektronik seperti radio, sound system, kipas angin, televise, dan lain sebagainya.

Setelah dua tahun mengikuti program pelatihan, Sugimun kembali pulang kampung. Ia mencoba mencari pekerjaan di tempat usaha servis elektronik namun kebanyakan berujung pada penolakan. Yang menyedihkan, seringkali ia disangka pengemis saat melamar pekerjaan. Ia baru bisa bekerja tatkala seorang teman di Kediri menerimanya sebagai karyawan sebuah bengkel elektronik. Namun karena suatu alasan, tidak sampai satu tahun, ia memutuskan untuk pulang kampung.

Ia pun mencoba melamar pekerjaan di kota kelahirannya. Lagi-lagi ia kembali mendapatkan penolakan. Dengan kondisi ekonomi yang serba sulit serta pengalaman yang ditolak berkali-kali membuat Sugimun nekad berusaha sendiri. Berbekal restu sang ibu, tahun 1992 ia menjual perhiasan emas milik ibunya senilai Rp. 15.000,-. Uang tersebut sebagian ia pakai untuk menyewa lapak emperan pasar sayur Magetan. Di tempat yang kecil itu, ia membuka usaha jasa servis elektronik dan menjual isi korek api. Dengan perlengkapan seadanya, setiap hari ia melayani pelanggannya.

Singkat cerita, kiosnya semakin sering dikunjungi orang yang berarti kebutuhan akan onderdil elektronik juga meningkat. Peluang inilah yang ia baca. Ia mulai menyisihkan uangnya untuk modal pembelian onderdil. sedikit demi sedikit ia juga melengkapi kiosnya dengan barang elektronik. Karena semakin lama barangnya kian banyak, akhirnya ia memberanikan diri membeli toko. Untungnya toko yang ia dirikan selalu ramai, kini ia telah memiliki tiga unit toko.

4. Nicholas Kurniawan – Eksportir Ikan Hias

Berbagai-Kisah-Sukses-Anak-Muda-Yang-Lahir-Dari-Keluarga-Miskin

photo via swa.co.id

Pemuda sukses yang lahir dari keluarga miskin berikutnya adalah Nicholas Kurniawan. Pemuda kelahiran 29 Januari 1993 ini dikenal sebagai sosok pemuda sukses yang mengantongi uang ratusan juta rupiah karena usaha suksesnya sebagai eksportir ikan hias.

Nicholas Kurniawan terlahir dari sebuah keluarga yang tidak terlalu berada. Perekonomian keluarga yang minim membuat orangtua Nicholas harus berutang kesana kemari untuk menyambung hidup dan juga menyekolahkan anak-anaknya. Tak jarang keluarganya mendapat cemoohan, caci maki dan hinaan.

Pria yang kerap disapa Nicho ini adalah anak yang berprestasi di sekolah. Dengan segala keterbatasan finansial keluarga, ia tetap membanggakan orangtua melalui prestasi yang ia torehkan di bangku sekolah.

Di tengah keterpurukan kondisi keuangan keluarga, Nicholas Kurniawan bertekad untuk membantu orangtuanya dalam usaha dan ingin menjadi orang sukses. Kehidupannya yang serba berkekurangan membuat Nicholas sudah terbiasa untuk berjualan sejak ia berusia 8 tahun atau saat ia duduk di kelas 2 sekolah dasar. Barang dagangan yang ia jual diantaranya makanan, minuman, pakaian dan lain sebagainya.

Saat duduk di bangku SMP, Nicholas Kurniawan juga pernah masuk dalam bisnis MLM hingga asuransi. Bermodalkan tekad dan kemauan keras, ia melakoni semua usaha itu namun jatuh bangun ia rasakan.

Suatu saat, ketika Nicholas duduk di bangku SMA kelas 2, ada seorang temannya yang memberikan sepaket ikan Garra Rufa, ikan yang biasanya banyak dijumpai di mall untuk terapi.

Bermodalkan iseng, ia mencoba untuk menjual ikan-kan tersebut di forum jual-beli Kaskus. Ternyata, ikan yang ia jual tersebut banyak yang berminat. Kejadian itu membuat bisnisnya langsung bekerja.

Dengan segera Nicholas yang saat itu adalah siswa dari Sekolah Menengah Atas Kolese Kanisius, mencari informasi dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ikan Garra Rufa. Ia berhasil mendapatkan informasi tempat membeli ikan tersebut dengan harga yang murah. Tak lama kemudian, lahirlah “Garra Rufa Center”, toko online khusus menjual ikan Garra Rufa beserta perlengkapannya.

Singkat cerita, Nicholas ingin berkuliah di Prasetiya Mulya Business School, namun ia tidak memiliki cukup uang untuk berkuliah. Ia pun tidak ingin menyusahkan orangtuanya. Karena keinginan dan tekadnya yang begitu kuat, ia memiliki mimpi untuk mendapatkan uang Rp10 juta setiap bulannya untuk membayar uang kuliah.

Ia berpikir, menjadi pedagang ikan hias tidaklah memungkinkan untuk menabung Rp10 juta setiap bulannya. Lain halnya jika ia menjadi eksportir ikan hias. Dari sinilah, ia mulai menjajal bisnis ekspor ikan hias. Awal mula memulai bisnis ini, ia akui cukup sulit karena tidak banyak ilmu yang ia dapatkan dari orang-orang pengusaha dan eksportir ikan hias.

Ia pun tetap berusaha untuk mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan bisnis ekspor ikan hias. Mulai dari bagaimana mempromosikan bisnis, tempat-tempat memasang iklan, mencari supplier yang baik hingga informasi tentang shipment agent yang menolongnya untuk mengurus segala dokumen untuk keperluan ekspor. Sambil menyelam minum air, Nicholas Kurniawan membangun website dengan mencontek website eksportir lainnya. Website yang ia bangun dengan nama Tropical Fish Indonesia.

Nicholas sempat ditipu oleh rekan bisnisnya dan kehilangan Rp30 juta dalam waktu semalam. Namun, kerugian yang ia dapatkan memperoleh ganti rugi lebih dari yang ia bayangkan. Ia mendapatkan banyak orderan dari mantan konsumen rekan bisnis yang menipu dirinya. Dalam waktu kurang dari 1,5 bulan, Nicholas Mampu mengumpulkan uang sebesar Rp100 juta.

Nicholas Kurniawan dinobatkan sebagai peraih juara satu Nasional Wirausaha Muda Mandiri 2013 dan dikenal sebagai eksportir ikan hias sukses termuda di Indonesia. Ia berhasil memperoleh omzet ratusan juta rupiah setiap bulannya dari bisnis ikan hias. Nicholas Kurniawan mengembangkan bisnisnya dan membangun sebuah brand dengan nama Venus Aquatics.

5. Dena Ibrahim – Motivator dan Pendiri Popular on Facebook

Berbagai-Kisah-Sukses-Anak-Muda-Yang-Lahir-Dari-Keluarga-Miskin

photo via sahabatblogger.com

Dena Ibrahim merupakan sosok sukses berikutnya yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ia dikenal sebagai seorang motivator bagi banyak kaum hawa agar bisa maju dan berani memulai bisnis online di Facebook. Atas dasar inilah, Dena Ibrahim kemudian menjadi penggagas komunitas Popular on Facebook atau PoF.

Dena termasuk anak yang lahir bukan dari keluarga yang berkecukupan. Dia lahir dari keluarga miskin dan sering dilecehkan karena kondisi ekonominya yang minim. Ketika Dena merintis usaha, banyak yang meremehkan dan mencibir perjuangannya. Namun, hal itu justru tidak menyurutkan semangatnya.

Dena kemudian mendirikan Popular on Facebook atau biasa disebut dengan PoF, sebagai salah satu kepeduliannya terhadap wanita Indonesia. Melalui PoF, Dena memberikan inspirasi seta tips-tips yang bisa dibagikan untuk ibu-ibu serta wanita Indonesia yang mau menjalankan berbagai usaha terutama usaha online. Selain membagikan inspirasi, Dena juga sukses membangun bisnis onlinenya sendiri tanpa meninggalkan keluarganya.

6. Jan Koum – Pendiri WhatsApp

Berbagai-Kisah-Sukses-Anak-Muda-Yang-Lahir-Dari-Keluarga-Miskin

photo via cnbc.com

Jan Koum merupakan CEO dan pendiri WhatsApp yang ternyata berasal dari keluarga miskin. Jan Koum merupakan pria kelahiran Kiev, Ukraina pada 24 Februari 1976 dari keluarga keturunan Yahudi. Ia merupakan pendiri WhatsApp Inc pada tahun 2009. WhatsApp sendiri merupakan aplikasi pesan bergerak yang telah diakuisisi oleh Facebook Inc. pada Februari 2014 dengan nilai $19 miliar. Namun, saat ini memegang saham whatsApp sebesar 45% dengan nilai mendekati US$7 Miliar.

Ayah Jan Koum bekerja sebagai manager konstruksi dan ibunya hanya seorang Ibu rumah tangga. Daerah tempat tinggal Koum sangat memprihatinkan karena segala fasilitas sangat terbatas seperti listrik, bahkan hanya untuk mandi mereka harus mengantri di tempat pemadian umum.

Karena tingginya gejolak politik dan gerakan anti yahudi di Ukraina, untuk menghindarinya keluarga Jan Koum memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1990. Koum yang saat itu masih berusia 16 tahun hanya pindah bersama ibu dan neneknya lalu mereka tinggal di wilayah Mountain View, Amerika Serikat. Sementara itu, ayahnya masih di Ukraina dan akan menyusul. Sayangnya, belum sempat menyusul pada tahun 1997 ayah koum meninggal dunia.

Sejak itu, Koum dan ibunya berjuang keras untuk bertahan hidup di Amerika. Ibu Jan Koum lalu mencoba bekerja sebagai pengasuh anak dan Koum menjadi penyapu toko untuk memenuhi kebutuhan mereka. Meski begitu, mereka masih sangat kekurangan. Untuk makan, koum mengandalkan jatah makan gratis dari pemerintah untuk tunawisma. Selain itu, ia juga kadang tidur di tempat umum.

Koum belajar mengenai jaringan komputer secara otodidak dan ia juga bergabung dengan grub hacker dengan nama w00w00 saat di sekolah. Setelah lulus, ia kemudian melanjutkan pendidikannya di San Jose University. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliahnya, Koum bekerja sebagai penguji sistem keamanan komputer di Ernst & Young.

Pada tahun 1997, Koum bertemu dengan Brian Acton, yaitu seorang pegawai Yahoo yang kemudian menjadi teman dekatnya. Berbekal pengetahuan tentang komputer yang cukup, Koum lalu mencoba melamar pekerjaan di Yahoo atas saran Brian Acton dan kemudian ia diterima.

Pada tahun 2000, Ibunya meninggal dunia karena penyakit kanker dan kini ia hanya tinggal bersama dengan neneknya. Karena masih kuliah, kemudian ia memutuskan untuk Drop Out dari kampusnya dan fokus untuk bekerja di Yahoo setelah sempat dimarahi oleh CEO Yahoo saat itu yaitu David Filo. Tujuh tahun bekerja di Yahoo, pada tahun 2007 Jan Koum dan Brian Acton memutuskan mundur dari Yahoo. Setelah itu, mereka kemudian menghabiskan waktu dengan berlibur dan berwisata di daerah Amerika Selatan selama setahun.

Jan Koum dan Brian Acton mencoba melamar pekerjaan di Facebook, namun mereka berdua ditolak. Pada tahun 2009, Iphone saat itu sedang tenar dan Koum pun membelinya lalu ia tertarik dengan kumpulan kontak dan juga app storenya, Koum melihat potensi besar dari aplikasi app store tersebut dan itu memberinya sebuah ide untuk menciptakan aplikasi yang dapat menampilkan status pada kontak telepon di Iphone.

Kemudian, ide tersebut ia ceritakan pada temannya yaitu Alex Fishman. Mendengar itu, Alex Fishman lalu memperkenalkan Koum pada Igor Solomennikov yaitu seorang developer aplikasi Iphone. Dari perkenalan tersebut, Koum berhasil mewujudkan ide dan kemudian ia menciptakan aplikasi yang ia namakan dengan WhatsApp.

7. Agus Pramono – Pendiri Ayam Bakar Mas Mono

Berbagai-Kisah-Sukses-Anak-Muda-Yang-Lahir-Dari-Keluarga-Miskin

photo via peluangusaha.kontan.co.id

Ayam Bakar Mas Mono merupakan salah satu gerai ayam bakar yang cukup populer dikalangan masyarakat Indonesia. Agus Pramono sang pendiri rumah makan bisa dikatakan sebagai pengusaha makanan tersukses saat ini di Indonesia. Bisnis ayam bakar yang dirintisnya di tahun 2001 tak disangka meledak di pasaran. Kini, setidaknya ia telah memiliki 20 cabang dengan omset puluhan juta per hari serta melego franchisenya seharga 500 juta rupiah.

Agus Pramono yang lahir di Madiun 28 Agustus 1974 ini selama belasan tahun harus menjalani hidup sebagai OB disebuah perusahaan. Bosan menjadi OB perlahan ia menata hidupnya menjadi pengasong gorengan dari SD ke SD, dari kompleks ke kompleks dengan berjalan kaki.

Cukup lama ia melakoni profesi itu sampai akhirnya menemukan tempat yang cocok untuk mangkal. Karena menjual gorengan, untungnya tidak maksimal, ia beralih menjual ayam bakar. Dengan modal 500 ribu rupiah, ia mulai berjualan 5 ekor ayam perhari. Dari hari ke hari, pelanggannya makin berlimpah. Bahkan, Mas Mono pun akhirnya mampu menghabiskan 80 ekor ayam per hari, dan memiliki 6 karyawan.

Tapi sayangnya, disaat bisnisnya sedang menanjak dan naik daun, bencana penggusuran pun melanda. Ia dipaksa hengkang dari tempat mangkalnya. Hingga akhirnya ia menemukan tempat di daerah Tebet. Di Tebet, kebingungan pun belum juga reda. Ia dihadapkan pada persoalan baru, lokasi yang tidak strategis. Dengan lokasi yang mojok dan tersembunyi itu, ia harus berjuang agar pelanggan kembali ramai.

Hasilnya, pelan tapi pasti berkat kegigihannya dan perjuangannya, pelanggan pun terus berjejalan. Hingga akhirnya Mono mampu menyewa tempat yang lebih besar karena pelanggannya selalu antre. Mono juga sukses membuka cabang baru di tempat yang tidak terlalu jauh. Setelah hampir 10 tahun berlalu, akhirnya sukses pun menghampiri. Dari satu cabang yang didirikannya kini sudah beranak pinak menjadi 20 cabang yang tersebar dibeberapa wilayah di Jabodetabek seperti Kalimalang, Pondok Gede, Ciputat, Cileduk, dan daerah lainnya. Bahkan bisnis ayam bakar yang dikelolanya kini sudah dikembangkan ke franchise. Dalam waktu singkat, iapun berencana akan mengembangkan konsep franchisenya ke berbagai daerah bahkan menembus pasar internasional.

8. Eka Lesmana – Blogger Adsense dengan keuntungan ratusan juta rupiah

Berbagai-Kisah-Sukses-Anak-Muda-Yang-Lahir-Dari-Keluarga-Miskin

photo via klikmania.net

Eka Lesmana merupakan salah satu pemuda sukses dengan penghasilan ratusan juta rupiah yang terlahir dari keluarga yang miskin. Sang ibu yang telah berpulang pada saat dirinya berusia empat tahun, menjadi sebuah pukulan yang telak bagi dirinya. Kehilangan sosok ibu, merupakan cobaan berat yang harus ditempuh Eka Lesmana kecil. Tak sampai disitu, dirinya pun ditinggal sang ayah yang menghilang setelah memutuskan untuk menikah lagi. Sejak saat itu Eka diasuh oleh neneknya.

Saat beranjak usia remaja, alih-alih mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai, Eka lesmana harus puas hanya mengenyam jenjang pendidikan formal di tingkat SMP. Dirinya yang saat itu dibiayai sang nenek, terpaksa harus pontang-panting mencari uang guna membiayai pendidikannya. Bahkan untuk bersekolah, perlengkapan seperti baju seragam dan sepatu yang digunakannya sehari-hari, merupakan sumbangan dari orang-orang yang merasa iba terhadap dirinya. Padahal, prestasinya di sekolah tergolong lumayan daripada teman-temannya yang lain. Eka Lesmana termasuk sosok cerdas yang selalu mendapatkan ranking saat di sekolah.

Menginjak usia remaja, dirinya mencoba peruntungan dengan mengadu nasib di dunia kerja. Hanya mengenggam selembar ijazah SMP, dirinya merasa kesulitan mencari pekerjaan pada saat itu. Alhasil, tawaran sang paman sebagai tukang angon bebek pun diambilnya, daripada menjadi pengangguran.

Tak tahan dengan pekerjaan tersebut, dirinya mencoba beralih ke menjadi buruh kasar. Atas ajakan salah seorang familinya, ia memulai hari-harinya sebagai karyawan di sebuah pabrik di Solo. Beragam pekerjaan dilakoninya saa itu. Mulai dari kuli gudang, operator mesin giling hingga kerja serabutan lainnya, dijalani dengan ikhlas.

Setelah sekian lama bergelut dengan pekerjaan sebagai buruh kasar, dirinya mendapatkan tawaran untuk bekerja di Yogyakarta dengan gaji yang lumayan. Karena hasilnya yang bagus selama bekerja, dirinya diajak oleh seorang mandor yang mengundurkan diri dari pabrik tempatnya bekerja. Hingga pada akhirnya, seorang Eka Lesmana memutuskan untuk pindah.

Singkat cerita, ditempat kerjanya yang baru, Eka bertemu dengan seorang perempuan yang merupakan seorang penjual online. ertarik dengan potensi yang ditawarkan oleh toko online tersebut, dirinya mulai serius mencari informasi dan mendalami tentang apapun yang berkaitan dengan hal tersebut.

Dengan modal leptop hasil berhutang dari atasan, perlahan tapi pasti, dirinya mulai mengenal sedikit demi sedikit tentang dunia online.Beruntung, dirinya pada saat itu juga sempat bertemu dengan seseorang yang telah sukses menjadi seorang blogger yang menghasilkan ratusan dollar perbulannya. Tak kenal lelah dan semangat dalam belajar, dirinya akhirnya meraih suskes menjadi seorang blogger adsense dengan keuntungan hingga mencapai ratusan juta rupiah.

Nah itulah deretan kisah sukses anak muda yang lahir dari keluarga miskin. Perlu kalian ingat guys, kesuksesan itu tidak bisa diukur dari siapa keluarga atau keturunan kita. Walaupun berasal dari keluarga miskin atau keluarga sederhana, bukan berarti kita tidak bisa sukses dan bermanfaat bagi orang lain. Asalkan mau berjuang dan berdoa, nasib seseorang akan berubah menjadi lebih baik.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *